Awalnya 'Gak Enak"

Selasa, Juni 08, 2010

Ini cerita dari dunia Facebook lagi (Tidakkah Anda kesal, saya tidak memiliki akun Facebook yang terkenal itu tetapi sering menulis tentangnya?)

Seorang teman, beberapa waktu lalu, mengatakan ini kepada saya, "Sekarang saya tidak nyaman lagi dan gampang kesal setiap kali berselancar di Facebook".

O ya, kenapa?

Rupanya dia, karena alasan yang tidak dapat ditolak, menyetujui permintaan berteman yang diajukan oleh seseorang (padahal dia tidak mengenalnya sama sekali, awalnya).

Ketidaknyamanan dan kekesalannya dimulai.

Seseorang ini rupanya pula online kapan saja, di mana saja. Dan selalu menyapanya, mengajaknya chatting.

"Sesekali ngobrol basa-basi oke-lah ya frat".

Saya mengangguk.

Tetapi ini setiap kali. Teman saya itu melukiskan isi pembicaraan mereka dengan istilah garing—membosankan—canggung—tidak jelas—tidak nyambung—tidak ada chemistry (dan semua kata sifat lainnya yang menggambarkan betapa tidak enaknya meladeni pembicaraan itu).

"Setiap kali saya mau online, saya sudah was-was duluan, jangan-jangan dia juga sedang online". (Was-was-nya selalu terbukti benar)

Cuek saja 'kan bisa?

Sudah, katanya. Tetapi tetap saja sebal setiap kali muncul "Hi, pa kbr?" darinya, biarpun ada emoticon senyum lebar di ujungnya—Saya baru tahu sebuah senyum ternyata bisa menghancurkan hari seseorang.

Kenapa tidak di-delete saja akunnya?

"Gak enaklah, frat".

Beberapa waktu kemudian saya bertemu dengan seorang kenalan. Pengalamannya juga sama. Dan, tadahhhhhh, dengan orang yang sama. Putri dari kenalan saya ini juga mengalami hal yang sama. Dan, yup, dengan orang yang sama pula. (Ngomong-ngomong, putrinya ini masih duduk di bangku Sekolah Dasar).

Tebak jawabannya apa ketika saya bertanya, kenapa tidak di-delete saja akun-nya? Persis sama.

Adakalanya, perasaan "Gak enak" ini mengendalikan hidup kita, pengatur apa yang bisa/boleh dan tidak bisa/tidak boleh dilakukan. Lalu, suatu waktu kita bertanya pada diri sendiri, "Mengapa saya tidak bisa menikmati hidup ini? Mengapa saya tidak bisa menjadi diri sendiri? Mengapa saya tidak bisa bahagia?"

Adakalanya, semua ketidaknyamanan, penderitaan dan ketidakbahagiaan itu berawal dari "Gak enaklah, frat".

P.S: Selain tiga orang malang itu, berapa lagi ya 'korban'nya?