Apa pendapat Anda tentang "cinta buta"?
Entahlah Anda. Saya sendiri tidak tertarik dengan ide itu. Seharusnya kita mencintai seseorang dengan mata terbuka (aka: realistis), bukan?
Setuju?
Tetapi, tahukah Anda apa yang membuat seorang Gonxha Agnes Bojaxhiu menjadi Mother Teresa dari Kalkuta yang dikagumi seantero dunia?
Dua tahun yang lalu majalah TIME (di dalam negeri, majalah HIDUP setahun kemudian) mempublikasikan catatan harian beliau yang menggemparkan. Isinya selama kurang lebih tahun 50 tahun beliau mengalami krisis iman; beliau tidak lagi merasakan kehadiran Tuhan dalam hatinya. Hidup rohaninya kering dan gelap. Bayangkan, 50 tahun… itu jumlah hampir seluruh tahun pelayanan kasihnya di Kalkuta dan 3/4 dari keseluruhan usia hidup beliau
Seingat saya, dua minggu kemudian masih di majalah yang sama seorang pembaca menanggapi publikasi ini. Isinya kurang lebih "Kekeringan dan kegelapan yang dialami Mother Teresa membuat beliau kelihatan lebih manusiawi. Ia ternyata salah satu dari kita". Sangat simpatik.
Dua pertanyaan berseliweran di kepala saya pada waktu itu. Pertama, apa yang membedakan Mother Teresa dari kita semua yang lain? Kedua, dan ini yang lebih penting, apa yang membuat Mother Teresa tetap setia?
Jawabannya baru terungkap pada tanggal 19 November 2008. Sebuah buku tebal bergambar beliau pada sampulnya di deretan "Buku Baru" di salah satu toko buku di Manado menarik perhatian saya. Judulnya Come Be My Light. Di bawah judul itu tertera dua kalimat terpisah. Yang satu Pergulatan Batin "Orang Suci dari Kalkuta". Yang lainnya Catatan Harian yang Selama Ini Disembunyikan dari Publik.
"Aha," batin saya.
Saya membelinya. Meskipun harganya mencekik.
Dan… Tahukah Anda apa yang membuat seorang Gonxha Agnes Bojaxhiu menjadi Mother Teresa dari Kalkuta?
Tahukah Anda apa yang membuat beliau tetap setia mengurusi kaum miskin di Kalkuta selama 50 tahun sekalipun dalam beliau merasa ditinggalkan Tuhan?
Cinta buta.
Sebagaimana pengakuan beliau, "Sejak saya kanak-kanak, Hati Yesus telah menjadi cinta pertama saya". Dan sejak saat itu, beliau mencintai Yesus secara buta.
"Jangan berpikir kehidupan rohani saya berlimpah dengan bunga mawar—itu bunga yang hampir tidak pernah saya temukan. Malahan sebaliknya saya lebih sering ditemani oleh 'kegelapan'. Dan ketika malam makin kelam—dan bagi saya seolah-olah saya akan masuk neraka—saya cukup berserah diri kepada Yesus. Jika Ia menghendaki saya berada di sana—saya siap—tetapi hanya jika itu sungguh membuat-Nya bahagia. Saya memerlukan banyak berkat, banyak kekuatan dari Kristus untuk bertekun dalam iman, dalam cinta buta yang mengantar saya hanya kepada Yesus yang Tersalib".
Akhirnya saya tahu juga apa yang membedakan Mother Teresa dengan kita yang lain, paling tidak saya.
Jelas, saya masih mencintai Tuhan dengan mata terbuka. Sehingga kadang tidak setia, lain kali ngambek tidak masuk Gereja dan tidak mau berdoa berhari-hari, sering mengeluh ini dan itu, gugat begini dan begitu.
Saat menulis artikel ini, karena kesamaan tema, saya memutar lagu If Love is Blind-nya Tiffany (pernah dengar 'kan?)
If love is blind… I'll find my way with you… Cause I can't see myself… Not in love with you… If love is blind… I'll find my way with you.
Karena cinta butanya, Mother Teresa telah menemukan cara untuk selalu setia pada Yesus, apapun situasinya. Dan untuk cinta butanya itu, kita sama-sama tahu, Tuhan tidak pernah berpaling darinya barang sedetik pun.
Saya kapan ya? Anda sendiri kapan?
Well, paling tidak, sekarang kita sudah tahu apa yang dibutuhkan untuk menjadi seperti Mother Teresa.