Cerita Tentang Orang Tua dan Bayi di Jepang

Sabtu, Agustus 06, 2011

November tahun lalu, majalah mingguan The Economist, melaporkan masalah terbesar yg sedang dihadapi oleh Jepang: ledakan jumlah penduduk berusia lanjut (ageing problem).

Ada data akurat melengkapi laporan itu yang menunjukkan jumlah penduduk usia lanjut lebih mendominasi populasi. Sementara angka kelahiran baru tidak menggembirakan.

Saya masih di Jakarta ketika membaca laporan itu.

"Paling tidak, jumlah penduduk usia muda akan bertambah satu begitu saya ada di sana" adalah reaksi pertama.

Reaksi kedua, "Saya hidup di dunia yang terbalik-balik. Di Indonesia, kita pusing karena banyak anak lahir. Di belahan dunia lain, orang pusing karena anak yang lahir kurang".

Sekarang, setelah 8 bulan hidup di Jepang, saya masih belum tahu entahkah kehadiran saya diperhitungkan sebagai penambahan pada angka penduduk usia muda.

Yang pasti, saya melihat orang tua di mana-mana.

Satpam-satpam.

Para penyapu jalan.

Supir-supir taksi (yang selalu rapih dengan setelan jas dan dasi dan sarung tangan putih).

Petugas cleaning service.

Petugas parkir.

Kebanyakan mereka berusia 60-an tahun.

Jika profesi-profesi yang mengharuskan stamina ini malah diisi oleh mereka yang staminanya mulai menurun, ada sesuatu yang salah.

Atau mungkin seperti kata penulis Betty Friedan 'Aging is not lost youth but a new stage of opportunity and strength'.

Mengapa tidak?