Cerita-Cerita Tentang Cinta (2)

Sabtu, Agustus 20, 2011

I

Di kelas.

Seorang teman bercerita kepada kami tentang suaminya.

Seminggu lalu, ketika pulang dari belanja di supermarket dan tiba di di depan pintu rumah, ia menyadari, kunci rumahnya ketinggalan. Entah di mana.

Setelah mengubek-ubek isi tasnya, ia tidak punya pilihan lain selain menelepon suaminya yang sedang berada di kantor. Ia tidak punya pilihan lain karena hanya dia dan suaminya yang tinggal di rumah itu.

Karena kantor suaminya tak jauh dari rumah (syukurlah), 20 menit kemudian suaminya tiba dengan membawa kunci.

Dengan berjalan kaki.

Di tengah panas Nagoya yang menyentuh titik 35º C.

"Saya tidak enak hati kepada suami" katanya.

Dia mengira suaminya akan marah.

Paling tidak memperdengarkan kejengkelan semacam, "Lain kali hati-hati kalo bawa kunci mana-mana!!!!".

Sebaliknya, dengan sabar suaminya mengelus-elus kepalanya sambil mengatakan, "だいじょうぶ" ("Gak apa-apa").

Kami semua yang mendengarnya, secara tak terduga, bereaksi sama, seperti paduan suara "Oooooowwwwww".

"Baik amat. Jadi pengen ketemu ama suami kamu" kata ibu guru kami.

Teman saya tersipu-sipu malu.

Tapi senyumnya… lebar dan cerah sekali.

II

"Dia ganteng dan baik. Tapi dia terlalu baik".

Dan teman saya, rupanya, tidak membutuhkan pacar yang terlalu baik.

Kenapa memangnya?

"Dia mau ngerjain semua hal yang sedang saya kerjain. Tapi pas giliran dia repot, dia gak mau saya bantu. Saya gak suka kayak gitu".

"Saya maunya hubungan kita setara. Saya gak mau kelihatan terlalu tergantung atau terlalu tidak berdaya".

"Kalo dia bisa bantu saya. Saya maunya saya juga bisa bantu dia".

Jadi?

Teman saya hanya mengangkat bahu.