Kapan Kita Mulai Over Protektif?

Senin, Februari 22, 2010

Pada usia berapa kita mulai sedemikian protektif terhadap orang yang kita cintai?

Empat tahun.

Saya tidak menemukan fakta ini dalam laporan penelitian yang dipublikasi atau artikel psikologis yang ditulis seorang pakar. Tidak. Saya melihatnya dengan mata kepala sendiri.

Begini.

Akhir tahun lalu, masih dalam suasana Natal, saya mengunjungi umat yang saya layani sekarang. Di sebuah rumah saya diterima oleh seorang ibu yang sedang menggendong sambil memberi susu (dari botol) kepada bayi berusia dua bulan, cucunya.

"De pe mama nda ada ASI frater jadi terpaksa ni anak minum susu botol" begitu kata sang ibu sambil duduk. Saya ikut duduk, tetapi di kursi satunya lagi, agak terpisah di sampingnya. (Ibunya gak ada ASI jadi anak ini terpaksa minum susu dari botol).

Kami tetap bercerita sementara sang bayi tetap menikmati susunya. Tidak ada tanda-tanda terganggu dengan kehadiran saya.

Tak lama muncul gadis cilik cantik dalam terusan batik. "De pe kakak frater, baru empat tahun", kata sang ibu memperkenalkan, kakak sang bayi.

Lalu terjadilah peristiwa berikut ini. Gadis cilik ini mulai berjalan berkeliling mengitari omanya dan adiknya. Sambil melirik saya, tajam.

Satu putaran. Dua putaran.

Saya mengira dia sedang mengajak bercanda adiknya. Jadi, saya tetap saja bercerita dengan omanya.

Tiga putaran. Empat putaran. Masih dengan gaya yang sama, melirik saya.

Jangan-jangan dia ingin mengajak saya bermain, begitu pikir saya.

Lima putaran. Dan, konsentrasi saya pecah. Saya mulai bingung, apa yang sedang dilakukan bocah ini. Omanya terus bercerita kepada saya.

Sementara mata saya tidak lagi tertuju kepada sang ibu. Sekarang saya menatap anak kecil yang gerakannya membingungkan ini.

Sang oma yang rupanya tersadar dengan apa yang terjadi segera berhenti bercerita dan tersenyum. "Dia kira frater mo bawa de pe ade" kata sang oma, seperti bisa membaca kebingungan saya. (Dia mengira frater mau membawa pergi adiknya).

"Nyanda, frater nda mo bawa ni ade" bilang sang oma menenangkan cucunya yang masih tetap berjalan mengitarinya. Cucunya menatapnya dan adiknya dan berlalu pergi meninggalkan kami. (Gak, frater gak akan bawa pergi adik kamu).

Bisa jadi kita memang lahir dengan naluri over protektif terhadap orang yang kita cintai.

P.S: Keluar dari rumah itu sejam kemudian setelah peristiwa itu, saya bertanya-tanya dalam hati, apakah tampang saya seperti penculik bayi??? Uummmmm…..