"Kalau Bisa, Lebih Baik Lagi"

Selasa, Februari 09, 2010

"Karena itu, berjaga-jagalah, karena kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya" (Mat. 25:13)

Ayat di atas saya kutip dari kisah lima gadis bodoh yang membawa pelita tanpa minyak cadangan dan lima gadis bijaksana yang membawa pelita lengkap dengan minyak cadangan (Mat. 25:1-13).

Saya mengandaikan Anda pernah membacanya. Atau Anda pernah mendengarnya. Dan karena itu Anda masih ingat kisah itu—kalau tidak, Anda tidak perlu malu membuka Kitab Suci.

Pelajaran pertama dari kisah (taruhlah) kebijaksanaan versus kebodohan itu adalah persiapan, persiapan dan persiapan (atau dalam bahasa Injil, berjaga-jagalah)

Penulis favorit saya, John C. Maxwell, mengatakan hal yang indah dan mencerahkan tentang hal persiapan ini.

Persiapan tidak dimulai dengan apa yang Anda lakukan. Persiapan dimulai dengan apa yang Anda percayai.

Seorang teman pernah bertanya, tentang bagaimana caranya ia bisa memenangkan kembali hati pacarnya. Benar, hubungannya dengan pacarnya sedang bermasalah.

"Kenapa dia layak diperjuangankan?"

"Semenjak pacaran ama dia, nilai-nilai ujian saya naik" adalah alasannya yang sekaligus menjadi faktor pembeda dengan sembilan mantan cowoknya. Selain tentu saja, ia mencintainya setengah mati. Sudahkah saya mengatakan teman saya ini siswi SMP kelas III?

"Pacar kamu masih sayang gak ama kamu?"

Ia menganggukkan kepala, yakin.

"Kamu yakin hubungan kalian bisa kembali seperti dulu"

Ia mengangguk lagi kali ini. "Kalau bisa, lebih baik lagi," katanya.

Karena apa yang dipercayai dan diyakininya ini, ia ingin melakukan banyak hal untuk pacarnya itu dengan cara yang berbeda: lebih pengertian, lebih sabar, lebih terus terang, bla-bla-bla.

Persiapan (atau berjaga-jaga) tidak lagi seperti belajar semalam suntuk untuk ujian besok. Atau bikin presentasi yang menarik sebelum dipresentasikan di kantor. Atau ikut kursus bahasa Inggris untuk melayani klien dari luar negeri. Atau memperbaiki penampilan demi menciptakan kesan profesional. Dan seterusnya.

Persiapan (atau berjaga-jaga) dapat diperluas maknanya dan diterapkan untuk berbagai macam hal yang kita hadapi setiap hari.

Apa yang Anda percayai menentukkan apa yang Anda lakukan.

Pelajaran kedua dari kisah kebijaksanaan versus kebodohan itu adalah tanpa persiapan, Anda hanya akan tiba di depan gerbang untuk menemukan bahwa gerbang itu sudah tertutup rapat untuk Anda. Persis seperti lima gadis bodoh itu. Dengan persiapan, Anda akan tiba di depan gerbang untuk menemukan bahwa gerbang itu terbuka lebar untuk Anda dan Anda dipersilahkan masuk.

Gerbang itu bisa jadi kesempatan. Gerbang itu bisa jadi kesuksesan. Gerbang itu bisa jadi kebahagiaan. Gerbang itu bisa jadi surga.

Apa yang Anda percayai menentukkan apa yang Anda lakukan.