"Karena Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan roti dan tidak minum anggur, dan kamu berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa" (Luk. 7:33-34)
Harus diakui beberapa tagline iklan tidak mau pergi dari ingatan. Seperti, 'Makannya apa saja, minumnya teh botol sosro'. Atau yang dari zaman baheula, 'Kesan pertama begitu menggoda…'.
Nah, ngomong-ngomong tentang kesan, kalimat andalan dosen sosiologi saya sama statusnya dengan beberapa iklan itu. Katanya, "Kesan itu bisa salah, bisa juga benar. Namanya saja kesan".
Kata-katanya mengungkapkan persis apa yang biasanya saya lakukan.
Andalan saya kalau memberi pendapat tentang seseorang adalah "Kesan saya bla-bla-bla". Dan akan ditutup dengan "Ya gak tau benar apa gak….". Penutup ini untuk mengatakan bahwa saya belum tahu pasti siapa dia sebenarnya (tapi sudah lancang mengatakan sesuatu tentang dia). Tetapi juga berarti setiap saat saya bisa lari dari tanggung jawab jika apa yang saya katakan itu salah besar. "Namanya juga kesan…".
Maka yang harus ditambahkan dalam kalimat andalan dosen saya itu adalah "Kesan bisa membuat seseorang jauh lebih baik dari faktanya. Bisa juga sebaliknya, membuat seseorang jauh lebih jahat dari faktanya".
Mau contoh? Gampang. Baca lagi kutipan Kitab Suci di atas.
Contoh lain. Suatu hari saya menumpang angkutan umum, pulang ke rumah. Saya duduk di depan bersama pak supir yang penampilannya demikian: lengannya yang terbuka memperlihatkan tato yang menutupi kulitnya. Masih dihiasi lagi dengan bekas-bekas sayatan silet. Anting-anting mengintip dari salah satu telinganya yang ditutupi rambut yang awut-awutan. Badannya gempal.
Apa kesan Anda?
"Preman, pemabuk, pecandu narkoba" kesan saya. Apalagi kalau bukan itu? Artinya saya harus waspada.
Tiba-tiba tangannya bergerak menyetel lagu.
Ternyata, saudara-saudara, salah lagu favorit saya, 'Lingkupiku dengan sayap-Mu, naungiku dengan kuasa-Mu…'.
Satu hal lagi tentang soal kesan ini. Kesan, sekalipun hanya kesan (yang bisa-salah-bisa-benar itu), sering bertahan lama dalam pikiran kita. Dan sialnya, sering pula amat menentukkan tindakan kita selanjutnya terhadap orang bersangkutan.
Hati-hati dengan kesan Anda.