Suatu malam, tiba-tiba saja saya menyadari kebanyakan dari teman-teman di kampus yang saya kenal betul ternyata berasal dari orang tua yang bercerai.
Malam itu, saya sedang menikmati makan malam dengan seorang teman ketika ia mengatakan “Orang tua saya bercerai ketika saya berusia 11 tahun”.
“Orang tua pacar saya juga bercerai. Kamu sudah tahu ‘kan?”
Saya mengenal pacarnya tapi sampai malam itu saya sama sekali tidak tahu orang tuanya sudah bercerai.
“11 tahun ya?”
“11 tahun!!”
“Bagaimana kamu mengatasinya?”
Entah mengapa, tidak banyak emosi yang ia rasakan pada saat itu.
Seingatnya, ia bahkan tidak menangis ketika orangtuanya menjelaskan perpisahan itu kepadanya.
Dua tahun kemudian papanya menikah lagi.
Dan baru dua tahun kemudian, suatu malam, ketika ia menginap di rumah papanya dan mama tirinya, ia menangis.
Ia menangis sendiri dan diam-diam di atas tempat tidur.
“Saya menangis. Karena, tiba-tiba, saya merasa asing di rumah itu. Tiba-tiba saya merasa papa bukan milik saya lagi”.
Perasaan asing itu rupanya bertahan sampai sekarang.
“Setiap kali saya mengunjungi papa dan istrinya dan anak-anaknya, saya selalu merasa asing. Saya selalu merasa tidak lagi menjadi bagian dari hidup papa”.
Hening.
“Ngomong-ngomong, kamu ngapain aja selama ini?” tanyanya kepada saya, mengganti topik pembicaraan.
0 komentar:
Posting Komentar