Tidak ada yang luar biasa di Tsumago.
Oh, Tsumago itu daerah tujuan wisata di Prefektur Nagano, Jepang.
Jadi, daerah tujuan wisata tapi tidak ada yang luar biasa?
Lalu, apa yang dilihat oleh wisatawan yang terus mengalir ke sana?
Aset nasional.
Dan aset nasional itu berarti deretan rumah-rumah yang dibangun sekitar tahun 1911.
Aset nasional itu berarti rumah-rumah tradisional Jepang yang direstorasi untuk dipertahankan keasliannya.
Dengan kata lain, wisawatan pergi ke tempat itu untuk melihat rumah tua.
Dan kita tidak sedang berbicara tentang warisan leluhur semegah dan semenakjubkan Candi Borobudur.
Kita sedang berbicara tentang rumah tua.
RUMAH TUA yang atapnya saja sudah harus ditindih dengan batu-batu agar tidak melayang ditiup angin.
Itu saja.
Tetapi di negara yang sudah memanfaatkan robot untuk menggantikan pekerjaan manusia, rumah-rumah tua itu magnet.
Ingat perumpamaan yang diceritakan Yesus tentang hamba yang diberikan satu talenta oleh tuannya?
Deretan rumah-rumah tua itu memiliki hanya satu talenta: sejarah ketuaannya.
Dua minggu lalu ketika berada di sana, saya menyaksikan talenta yang hanya satu itu sudah berbuah.
Talenta yang hanya satu itu tidak dikubur oleh pemerintah Jepang. Sebaliknya dimanfaatkan sebaik mungkin untuk pemasukan negara. Dan, tampaknya berhasil.
Berada di tengah rumah-rumah tua membuat saya merasa seperti dilempar ke ratusan tahun lalu… sampai kemudian saya melihat pria itu memotret dengan Ipad.
P.S: Di Indonesia, bangunan tua berusia ratusan tahun atau dibiarkan saja atau dihancurkan. Kita, seperti hamba itu, memiliki talenta tetapi menguburnya. Well, mungkin karena ia hanyalah satu talenta.
0 komentar:
Posting Komentar