Ternate: Seri Kelimabelas

Rabu, Mei 19, 2010

Seri kelimabelas: Anak-anak selalu punya cara

Dini hari, pukul 04.00 WIT, di tengah dingin dan gerimis saya kembali ke Ternate. Awalnya saya mengira jalan yang akan kami lewati lengang, sunyi senyap. Ternyata tidak. Aktivitas masyarakat sudah berlangsung, memang belum ramai. Mobil-mobil angkutan lain sudah beroperasi.

Entah karena jalanan belum ramai diisi mobil-mobil atau saya yang tertidur sepanjang perjalanan atau mungkin juga kombinasi keduanya, kami tiba lebih cepat di Sofifi. Dengan menumpang speedboat yang sesak oleh manusia, pukul 09.35 WIT saya tiba kembali di Ternate.

Sebetulnya di dalam speedboat, saya ingin tidur lagi. Tetapi seorang bocah, mungkin lima atau enam tahun usianya, tidak membiarkan saya, juga penumpang lain yang masih kelihatan menahan kantuk tertidur. Dia menangis keras-keras sepanjang perjalanan. Entah apa sebabnya.

Tidak ada yang berusaha membujuknya. Tidak ibunya. Tidak pula opa dan omanya yang bersama-sama dengan dia.

Mendapati kenyataan bahwa tiga orang terdekatnya tidak menggubrisnya, tangisannya semakin menjadi-jadi.

Kami yang lain gelisah. Semua mata berganti-gantian menatap si bocah, ibu, oma dan opanya. Tatapan itu perpaduan antara iba, kesal, jengkel dan tidak percaya. Bukannya takut dan diam, bocah gembul itu tetap saja menangis. Lebih keras kali ini. Dan ketiga orang terdekatnya itu tetap saja tidak peduli.

Jika Anda berada dalam ruangan yang disesaki manusia dan asap rokok, tangisan seorang anak yang melengking bisa membuat Anda berpikir ulang tentang seberapa sabar sesungguhnya Anda.

Anak-anak, mungkin, ditakdirkan untuk membuat kita belajar sabar.

Dan setiap orang tua pastilah punya cara untuk mengatasi kerewelan anaknya. Rupanya tidak peduli adalah cara si ibu mengatasi bocah gembul yang rewel minta ampun itu.

Ternyata efektif juga cara itu. Karena tidak ditanggapi, tangisannya mengecil menjadi sesunggukan dan lalu diam total. Kami semua lega. Dan speedboat yang kami tumpangi merapat di dermaga tak lama kemudian.

Konon katanya, anak-anak adalah pembelajar tercepat dan terkreatif sedunia. Dia akan cepat belajar: tangisannya sudah tidak lagi menggugah hati ibunya. Akan ada lagi aksi baru demi menarik perhatian—semoga saja melompat dari speedboat bukanlah aksi berikutnya.

Anak-anak selalu punya cara.

P.S: Semoga Anda, para orang tua, dianugerahi kesabaran (ekstra), kepekaan, pengampunan dan kebijaksanaan. Kadang-kadang, anak-anak hanya ingin diperhatikan.