"Kapan Punya Anjing?"

Selasa, Mei 08, 2012

Dari segi tekanan sosial dan budaya, pasangan muda di Jepang lebih beruntung daripada pasangan muda di Indonesia.

Istilah ‘Tekanan sosial dan budaya’ barangkali terlalu rumit dan kedengaran ilmiah.

Sederhananya, pasangan muda di Jepang tidak perlu repot-repot mengarang-ngarang jawaban untuk pertanyaan, “Kapan punya anak?”

Pasangan muda di Jepang tidak perlu stress setiap kali mendengar, “Mama dan papa udah pengen gendong cucu”.

Pasangan muda di Jepang tidak perlu jengkel sekaligus sedih setiap kali disindir, “Udah sekian tahun kok belum ada hasilnya?”

Mengapa mereka tidak perlu repot, tidak perlu stress dan tidak perlu jengkel sekaligus sedih?

Di dekat biara tempat saya tinggal, ada taman kanak-kanak dan sekolah mengemudi. (Sekolah mengemudi? Di Jepang SIM tidak akan keluar jika Anda tidak lulus dari sekolah mengemudi).

Dua lembaga ini mengeluhkan hal yang sama: jumlah anak muridnya dari tahun ke tahun terus merosot.

Penyebabnya? Sama sekali tidak ada hubungannya dengan kualitas sekolah atau kualitas guru. Juga tidak fasilitasnya.

Jumlah kelahiran baru di Jepang dari tahun ke tahun memang terus merosot.

Kembali ke pertanyaan, mengapa pasangan muda di Jepang tidak perlu repot, tidak perlu stress dan tidak perlu jengkel sekaligus sedih?

Semua orang sibuk bekerja mencari uang.

Dan punya anak? Well, terserah.

Karena itu jika berkunjung ke Jepang, Anda akan melihat pemandangan seperti dua foto di atas.

Pasangan muda dengan anak. Atau, pasangan muda dengan anjing.

Mungkin pasangan muda di Jepang lebih sering mendengar pertanyaan, “Kapan punya anjing?”

0 komentar: