Apa Itu Cinta (7)
Kita Punya Otak dan Kaki, Tapi...
You have brain in your head. You have feet in your shoes. You can steer yourself in any direction you choose. You’re on your own, and you know what you know. And you are the guy who’ll decide where to go (Dr. Seuss)
Tetapi, tak jarang, kita memilih arah yang keliru.
Tetapi, bukan sekali-dua kali, kita menempuh jalan yang tidak semestinya kita tempuh.
Tetapi, adakalanya, kita membiarkan orang yang tidak tepat membimbing langkah kita.
Tetapi, tidak selalu, nilai dan keyakinan yang benar yang kita pakai untuk mengambil keputusan penting dalam hidup.
Karena itu, baiklah kita berpaling kepada Penyelenggaraan Ilahi untuk menuntun kita ke arah yang benar.
Karena itu, baiklah kita memohon karunia terang Roh Kudus untuk mengarahkan langkah hidup kita.
Yesus sendiri berjanji, “Akulah jalan, kebenaran dan hidup… Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu…” (Yoh. 14:6.18).
Jangan ragu apalagi malu datang pada-Nya danmemohon bimbingan-Nya.
Tuhan membimbimmu di jalan yang benar.
"Kapan Punya Anjing?"
Dari segi tekanan sosial dan budaya, pasangan muda di Jepang lebih beruntung daripada pasangan muda di Indonesia.
Istilah ‘Tekanan sosial dan budaya’ barangkali terlalu rumit dan kedengaran ilmiah.
Sederhananya, pasangan muda di Jepang tidak perlu repot-repot mengarang-ngarang jawaban untuk pertanyaan, “Kapan punya anak?”
Pasangan muda di Jepang tidak perlu stress setiap kali mendengar, “Mama dan papa udah pengen gendong cucu”.
Pasangan muda di Jepang tidak perlu jengkel sekaligus sedih setiap kali disindir, “Udah sekian tahun kok belum ada hasilnya?”
Mengapa mereka tidak perlu repot, tidak perlu stress dan tidak perlu jengkel sekaligus sedih?
Di dekat biara tempat saya tinggal, ada taman kanak-kanak dan sekolah mengemudi. (Sekolah mengemudi? Di Jepang SIM tidak akan keluar jika Anda tidak lulus dari sekolah mengemudi).
Dua lembaga ini mengeluhkan hal yang sama: jumlah anak muridnya dari tahun ke tahun terus merosot.
Penyebabnya? Sama sekali tidak ada hubungannya dengan kualitas sekolah atau kualitas guru. Juga tidak fasilitasnya.
Jumlah kelahiran baru di Jepang dari tahun ke tahun memang terus merosot.
Kembali ke pertanyaan, mengapa pasangan muda di Jepang tidak perlu repot, tidak perlu stress dan tidak perlu jengkel sekaligus sedih?
Semua orang sibuk bekerja mencari uang.
Dan punya anak? Well, terserah.
Karena itu jika berkunjung ke Jepang, Anda akan melihat pemandangan seperti dua foto di atas.
Pasangan muda dengan anak. Atau, pasangan muda dengan anjing.
Mungkin pasangan muda di Jepang lebih sering mendengar pertanyaan, “Kapan punya anjing?”