“Saya gak suka denger dan paling sebel ama orang yang ngeluh terus tentang hidupnya. Kayak masalah dia yang paling berat. Padahal saya juga punya masalah sendiri”.
Teman saya mengatakan itu kepada saya baru-baru ini.
“Tapi ya mau gimana lagi, kalo pas ada di situ ya dengerin aja”.
Setiap orang punya masalah.
Ada yang sungguh-sungguh berat. Ada yang sungguh-sungguh ringan belaka.
Dan, tidak peduli kadarnya ringan atau berat, ada masanya setiap orang mendramatisir masalahnya.
Setiap orang! Baik orang yang udah dari sononya memang suka drama. Maupun orang tidak suka drama.
Ada masanya (baca: tidak setiap waktu), kita melebih-lebihkan masalah yang sedang kita hadapi.
Masalah ringan jadi berat.
Masalah berat jadi tambah berat.
Masalah sangat berat jadi tambah ruwet.
Kepada siapa kita mendramatisir masalah?
Pertama, kepada diri sendiri.
Kedua, kepada orang lain yang mendengar cerita kita.
Bagian yang agak rumit adalah kapan kita mengetahui kita sedang mendramatisir hidup kita?
Mungkin ini: jika kita marah, kesal atau tidak suka kepada orang yang menganggap masalah yang sedang kita hadapi tidak serumit yang kita bayangkan.
p.s: Saya melihat dua pria ini: yang satu dalam setelan rapi hendak berangkat ke kantor (29/08), yang satunya lagi sedang menikmati musik jalanan (27/08). Mereka melakukannya dari atas kursi roda. Mereka melakukannya sendiri! Mereka seolah-olah ingin mengatakan hidup ini harus terus berlanjut, dengan atau tanpa drama.