Saya sedang dalam perjalanan kembali ke rumah (dari tempat kursus), ketika melihat pria itu (yang sedang berjalan di atas tali) sedang berlatih dengan seseorang yang mungkin sekali gurunya.
Saya berhenti dan menonton mereka berdua.
Pria itu tidak bisa bertahan lama berjalan di atas tali. Raut wajahnya menunjukkan perasaan frustrasi.
Jadi, saya berlalu pergi.
“Dia bakalan nyari hobi yang baru”.
Seminggu kemudian. Tebakan saya terbukti meleset.
Saya melihatnya di tempat yang sama. Melakukan hal yang sama: berjalan di atas tali. Hanya kali ini ia tidak lagi ditemani gurunya.
Hari berikutnya, dia masih ada di sana.
Hari berikutnya lagi.
Sekarang, setiap kali saya melihatnya, saya akan berhenti dan menontonnya berlatih.
Dia masih kelihatan frustrasi.
Tapi dia frustrasi bukan lagi karena tidak bisa berjalan di atas tali—dia sudah bisa melakukannya selancar berjalan di atas tanah.
Dia frustrasi karena sedang belajar variasi baru: berjalan sambil sesekali melompat rendah di atas tali.
Minggu lalu saya menemukan kutipan dari Isaiah Washington dalam Grey’s Anatomy, “I wasn’t the most talented student in school. I wasn’t the brightest. But I was the best. I practiced. I PRACTISED”.
Tebakan saya yang paling baru, “Pria ini masih akan frustrasi. Tapi bukan karena ia tidak bisa melompat di atas tali dan terus bertahan di sana. Ia akan frustrasi karena trik baru selanjutnya”.
Disiplin, disiplin, disiplin.
Berlatih, berlatih, berlatih.
Setiap waktu.
Sukses itu seperti berjalan di atas tali.