I.
“Pemusik dari Meksiko ya?”
“Bukan, dari Peru”.
Mereka biasanya memainkan musiknya di depan salah satu pusat perbelanjaan di kota ini.
Biasanya pula mereka akan ditonton oleh 10-20 orang. Yang lain yang kebetulan melintas di situ memang hanya melintas.
Suatu sore, saya dan sekitar 20-an orang lainnya menikmati musik khas Peru yang sedang mereka suguhkan.
Tidak berapa lama, anak kecil di pojok kanan foto di atas menarik perhatian saya.
Dia berdiri di sana bersama (mungkin) kakek dan neneknya.
Bocah ini menatap lekat-lekat para pemusik yang sedang meniup alat musiknya.
Kemudian, dia membalikkan badannya dan bertingkah seperti memainkan alat musik yang sama.
Lihat ekspresi wajah kakeknya demi melihat kelakuan cucunya…
II.
“Kenapa belajar bahasa Jepang?”
“Saya pengen jadi guru bahasa Jepang di universitas tempat saya kuliah sekarang”.
“Saya terkesan dengan guru bahasa Jepang saya. Beliau baik sekali”.
“Karena itu, saya mau bantu beliau”.
Itu sepenggal percakapan saya dengan teman kelas saya asal Amerika. Sebagai mahasiswa, ia sedang menempuh tahun ketiga. Untuk melengkapi pengetahuannya tentang Jepang dan bahasanya, ia memutuskan datang ke Nagoya dan belajar selama 1 semester. Ia akan kembali lagi ke Amerika tahun depan untuk menyelesaikan kuliahnya.
Dan menjadi guru bahasa Jepang di sana.
III.
Tarekat itu nyaris tidak lagi berumur panjang. Nyaris karena bahkan di pusatnya di Belanda, biara-biaranya ditutup satu-persatu. Tidak ada lagi calon yang berminat. Nyaris karena di Indonesia tinggal satu saja anggotanya dan sudah lanjut usia.
Nyaris karena persis ketika kelihatan tidak ada harapan lagi, datang beberapa surat lamaran dari belahan timur Indonesia.
Tarekat yang hampir mati itu hidup lagi. Orang-orang muda datang dari Flores menghidupkannya lagi.
Jika Anda berkunjung ke Manado, Anda akan mendengar nama Tarekat itu: Bruder-Bruder Tujuh Kedukaan.
IV.
Jadi, dari mana inspirasi datang?
Dari melihat orang lain, seperti bocah cilik dan pemusik jalanan dari Peru.
Dari tindakan dan karakter orang lain yang menyentuh hati, seperti teman kelas saya dan guru bahasa Jepang.
Dari Roh Kudus, seperti orang-orang muda dari Indonesia timur dan Tarekat Bruder-Bruder Tujuh Kedukaan.
0 komentar:
Posting Komentar