Saya sedang penasaran.
Ada seorang ibu yang, setiap Senin dan Sabtu, setia menghadiri misa pagi di kapel kami. (Hanya dua hari itu kapel biara kami terbuka untuk umum).
“Ibu ini wanita pendoa” kata saya kepada Romo pemimpin kami, “kelihatan sekali dari raut wajahnya”.
Beliau mengangguk. Setuju.
Ada sesuatu di raut wajahnya yang bisa dilihat dengan mata telanjang. Tetapi terlebih-lebih bisa dirasakan.
Seperti Anda bisa menebak (dan benar) kalau seseorang sedang bersedih dan berbeban berat dari raut wajahnya (bahkan jika di permukaan wajah itu ada make-up yang tebal).
Atau Anda bisa mengatakan teman Anda sedang bahagia hanya dengan melihat raut wajahnya.
“Bu, saya mau motret ibu, boleh gak?”
Dua hari lalu, di sekolah, saya memotret ibu yang bertugas di bagian cleaning service. (Tentang beliau, saya pernah menulis di sini)
Beliau mengiyakan permintaan saya. Tentu saja (seperti lazimnya orang Jepang) dengan malu-malu.
Saya memotret beliau di ‘kantor’nya: kamar sempit tempat alat-alat kebersihan tersimpan.
Ibu ini seorang yang bahagia. Selalu kelihatan bahagia.
Saya bisa mengatakannya hanya dengan melihat wajahnya. (Itulah pula sebabnya saya ingin memotretnya).
Beberapa orang mungkin akan malu dipotret di lokasi kerjanya (dan, ya, Anda bisa melihatnya dengan jelas di wajah mereka).
Tapi, ibu ini, lihat foto di atas. Bahagia.
Saya penasaran: bagaimana cara kerjanya sampai yang terjadi dalam diri kita bisa terpancar keluar melalui wajah kita?
Mungkin ini cara Tuhan bekerja.
Melalui wajah seseorang, Tuhan ingin menyebarkan kebahagiaan.
Melalui wajah seseorang juga, Tuhan ingin menyentuh hati kita untuk menolong orang tersebut.
Bagaimana raut wajah Anda hari ini?
Bagaimana raut wajah orang terdekat Anda hari ini?