Pernahkah Anda memperhatikan, kalimat klise jika keluar dari mulut orang yang tepat pengaruhnya akan sangat terasa?
Orang yang tepat itu maksudnya mereka yang kenyang dengan banyak pengalaman hidup sehingga kalimat klise itu sungguh keluar dari hati.
Dan apa yang keluar dari hati biasanya akan menyentuh pula hati kita.
Kalimat klise itu seperti, “God has His own plan”.
Semua orang bisa mengucapkannya. Tetapi tidak semua bisa menyentuh hati kita sedemikian rupa sehingga kita merasa diteguhkan.
Saya beruntung mengenal seorang Romo yang setiap kali kalimat ini keluar dari mulutnya saya sungguh merasa diteguhkan untuk tetap percaya dan berharap.
Tuhan punya rencana sendiri. Memang.
Tetapi kita punya perasaan.
Di Jepang, saya memiliki kesempatan dan waktu untuk merenung (baik pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain) dan menyadari banyak hal;
Seperti, perasaan yang muncul ketika sukses diraih.
Bangga terhadap diri sendiri. Merasa berarti dan berguna. Lebih optimis. Ingin berbuat lebih dan lebih lagi. Ingin mencapai lebih dan lebih lagi. Keyakinan bahwa kita melakukannya bertambah.
Dan, tentu saja, bahagia.
Tetapi sukses tidak abadi. Kita tidak selalu bisa mempertahankannya. Kita tidak selalu bisa berada di puncak.
Adakalanya saya berpikir, sukses itu soal giliran. Beberapa orang menyebutnya keseimbangan: kita di puncak, yang lain di dasar. Lalu, sebaliknya.
Sekarang saya mengerti, setiap kali berada di dasar, dua modal awal sudah ada di tangan saya: percaya pada rencana baik Tuhan dan ingatan yang kuat pada perasaan ketika sukses itu.
Tuhan punya rencana.
Dan kita punya perasaan.
Masih ingat ‘kan perasaan ketika sedang sukses?
Anda bisa melakukannya lagi.