You're not as alone as you thought

Jumat, September 30, 2011

We are lonesome animals.

Kita ini makhluk kesepian, kata John Steinbeck, penulis asal Amerika.

Seumur hidup, kita berusaha untuk tidak kesepian.

Cara paling tua yang kita pakai untuk mengusir kesepian adalah dengan bercerita.

Kita bercerita sambil berharap orang yang mendengarkan cerita kita seperasaan dengan kita; kita berharap orang yang mendengarkan bisa bergumam “Itu pula yang saya rasakan”.

Kita ini makhluk kesepian, kata Steinbeck.

Tetapi sesungguhnya kita tidak pernah sendirian merasakannya.

You’re not as alone as you thought.

Rosario di Nagoya


Saya tiba di Nagoya ketika semua orang harus memakai jaket tebal untuk menghangatkan badan.

Karena itu asesoris yang dikenakan terutama kalung tidak begitu kelihatan.

Baru ketika musim berganti, jaket tebal berganti kaos tipis, kelihatanlah kalung yang dikenakan.

Rosario.

Banyak anak muda di Nagoya ini mengenakan Rosario. Tidak malu-malu. Malu-malu maksudnya mengenakan Rosario tapi tidak menampakannya di luar baju.

Anak-anak muda ini mengenakan Rosario dengan ukuran dan warna yang menyolok mata.

Apakah mereka Katolik?

Tapi kok di Gereja jarang kelihatan orang muda?

Pertanyaan-pertanyaan ini berputar di kepala saya.

Sampai bulan lalu saya secara tidak sengaja, saya melihat pajangan Rosario di salah satu toko khusus aksesoris di mall.

Saya memutuskan untuk memastikan dugaan saya.

Ternyata Rosario dijual juga di toko aksesoris lain di mall lain.

Dan di toko aksesoris lain lagi di mall lain lagi.

Dan di toko aksesoris berikutnya di mall berikutnya.

Dan, paling baru, saya menemukan Rosario dijual oleh semacam pedagang kaki lima di jalanan: dipajang bersama dengan jenis kalung lainnya, seperti kalung tengkorak.

かわい ” kata sang pedagang demi melihat saya menatap Rosario berlama-lama. (かわい: kawai. Arti kawai lebih mendekati cute: mungil, manis).

Mungkin dugaan saya benar: anak-anak muda yang mengenakan Rosario itu bukanlah Katolik. Mengenakan Rosario bukanlah semacam memperkenalkan identitas ‘Saya Katolik loh’.

Di Nagoya, Rosario dikenakan hanya karena tampilannya yang かわい, cute. Jika banyak anak muda mengenakan Rosario, itu melulu karena tren.

Selamat memasuki bulan Rosario.

Semoga kita mengenakan dan membawa Rosario ke mana-mana bukan karena ia mungil dan manis.

Bunda Maria menyertai doa-doa Anda sekalian.

Hantaman dari belakang

Kamis, September 29, 2011

Selalu (dan akan selalu) ada hantaman dari belakang. Semoga hantaman itu mendorong Anda untuk maju.

Memang semakin bergerak maju, akan semakin banyak hantaman dari belakang.

Maju saja terus. Jangan berhenti.

Tuhan memberkati usaha dan kerja keras Anda dengan hasil yang memuaskan.

Devil is in the detail ala Jepang (3)

Rabu, September 28, 2011

Ada jenis nasehat yang sangat penting isinya tetapi kita terus berharap dan berdoa semoga nasehat itu jangan sampai harus dilakukan.

“Jika terjadi sesuatu yang berbahaya atau darurat, telepon polisi atau pemadam kebakaran” adalah nasehat yang saya terima dari sesama penghuni biara ini.

Puji Tuhan, nasehat itu belum terlaksana sampai sekarang ini.

Karena itu saya belum pernah menyaksikan sendiri cara kerja polisi dan pemadam kebakaran di Nagoya.

Sampai pagi tadi sesuatu yang darurat terjadi.

Bukan di biara ini.

Tetapi di stasiun kereta bawah tanah terdekat dari biara ini.

Di depan stasiun terparkir 3 buah mobil pemadam kebakaran dan 1 buah mobil ambulans.

Rombongan sebanyak itu menangani, rumornya, korban bunuh diri: 1 orang!

Tetapi bukan timpangnya jumlah rombongan dan jumlah korban yang menarik perhatian saya.

Rumor bahwa 1 orang itu adalah korban bunuh dirilah yang menarik perhatian saya.

Rumor karena tidak seorang calon penumpangpun yang sedang menunggu datangnya kereta bisa melihat apa persisnya yang sedang ditangani oleh rombongan petugas tersebut.

Terpal biru besar dipakai untuk menutupi pandangan.

Bahkan ketika para petugas mengangkut korban dari lokasi kejadian (baca: di bawah tanah) ke tempat parkiran mobil ambulans, terpal biru itu tetap diusung menutupi pandangan.

Detil kecil yang sangat berarti.

Para petugas itu seperti mengirim pesan: korban bukanlah barang tontonan. Privasi sang korban tetap dijaga.

Detil kecil yang penting namun sering diabaikan.

Bukan Sekedar Tradisi Ratusan Tahun

Selasa, September 27, 2011

Saya melihatnya berdiri di depan bangunan megah di kawasan tersibuk di Nagoya ini.

Ketika memberanikan diri untuk meminta izin memotretnya, saya mengira akan memotret tradisi Jepang berusia ratusan tahun. (Geisha adalah satu dari banyak tradisi Jepang yang dimulai pada tahun 600-an).

Setelah melihatnya hasilnya, saya menyadari tradisi ratusan tahun itu adalah juga seorang manusia biasa.

Apakah Anda melihat apa yang saya lihat?

Sesuatu di wajahnya tidak bisa ditutupi dengan pupur putih dan lipstik merah yang tebal itu.

Riasan hanya menutupi permukaan kulit saja.

Apa yang tengah dipikirkan, digumuli dan dirasakan tidak akan pernah bisa ditutupi; semuanya bisa terpancar keluar melalui wajah.