Dilema Harian

Minggu, Juli 31, 2011

Banyak hal dalam Injil hari ini bisa direnungkan. "Penggandaan roti" (Mat. 14:13-21). Saya, terutama, menikmati cerita pembuka.

Yesus ingin mengasingkan diri ke tempat sunyi tapi batal karena tergerak oleh belas kasihan melihat orang banyak yg mengikuti-Nya.

Yesus mengorbankan keinginan pribadi untuk kepentingan yang lebih besar: keselamatan orang banyak.

Dan itulah dilema yg, sering, harus kita pecahkan dalam hidup: keinginan pribadi atau sesuatu yang lebih besar di luar diri kita.

Doa: Tuhan, utuslah Roh Kudus-Mu untuk menuntunku dalam mengambil keputusan, entah penting atau sederhana, sesuai dengan kehendak-Mu.

Selamat mensyukuri kasih dan kebaikan Tuhan selama sepekan ini dalam Misa dan ibadah. Tuhan mencintai kita sekalian. Selamat berhari Minggu.

Pertanda Baik di Rumah Sakit

Jumat, Juli 29, 2011
Jika Anda berkunjung ke rumah sakit dan menemukan orang yang Anda kunjungi sedang menyantap hidangan yang disediakan rumah sakit dengan lahap, itu pertanda baik. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Semua akan baik-baik saja.

Wajah Bicara

Rabu, Juli 27, 2011
"There are mistically in our faces certain characters which carry in them the motto of our souls wherein he that cannot read A, B, C may read our natures" - Sir Thomas Browne

"I have never been aware before how many faces there are. There are quantities of human beings, but there are many more faces, for each person has several" - Rainer Maria Rilke


(Sakae's subway station, 25.07.2011)

"Bukannya Minta Maaf"

Selasa, Juli 26, 2011

"Udah tau salah, bukannya minta maaf malah balik ngomelin orang lain".

Ada pepatah-pepatah tua yang diwariskan orang-orang bijak untuk mengingatkan kita agar menjaga kata-kata yang keluar dari mulut kita.

Mulutmu harimaumu.

Lidah tak bertulang.

Ada tiga hal yang tidak dapat ditarik kembali: (1) anak panah yang sudah dilepas dari busur; (2) waktu yang berlalu; (3) kata-kata yang sudah diucapkan.

Karena kata-kata yang keluar dari mulut kita bisa menyakiti bahkan menghancurkan orang lain, sudah sepatutnya kita bijaksana dalam bertutur kata.

Tetapi belakangan ini saya menyadari, bukan hanya kata yang keluar yang bisa menyakiti.

Kata-kata yang tidak keluar dari mulut kita pun bisa berbahaya efeknya.

"Udah tau salah, bukannya minta maaf malah balik ngomelin orang lain".

Kalimat itu hanya satu contoh bagaimana kata-kata ("Maaf ya, saya salah) yang seharus diucapkan tetapi tidak diucapkan justru menyakiti hati orang lain.

Bukan omelannya.

Tetapi fakta bahwa kesalahannya begitu terang benderang tetapi orang tersebut tidak mengakuinya, itu menyakitkan.

Apa yang tidak kita ucapkan bisa menghancurkan orang lain.

Ada yang tertarik mengarang pepatahnya?

Cerita-Cerita Tentang Cinta

Senin, Juli 25, 2011

Hari Minggu yang baru saja berlalu saya bertemu dengan seorang teman.

"Gimana kabar?"

"Baik, frater. Saya baru tidur jam 2 dini hari". Dia mengatakannya sambil tersenyum.

Saya menunggu. Ketika seseorang mengaku baru tidur jam 2 pagi tapi kelihatan tidak terganggu, cerita selanjutnya layak ditunggu.

Terima kasih kepada internet, dia bisa terhubung lagi dengan temannya semasa SMP dulu.

Mereka bercerita selama berjam-jam. Saling mengabarkan apa saja yang terjadi di tahun-tahun keduanya terpisah.

Dan, tentu saja, jika Anda bisa bertahan berjam-jam bercerita dengan seorang teman lama, ini bukan lagi soal nostalgia semata.

"Pagi ini dia mengirim pesan, mengingatkan supaya saya jangan melewatkan sarapan pagi".

Teman saya, baru tertidur pukul 2 pagi dan sudah terbangun pukul 7 supaya "jangan melewatkan sarapan pagi".

Dia menceritakannya dengan wajah yang bersinar bahagia. Tidak tampak tanda-tanda kelelahan karena kurang tidur.

"You're glowing".

"Really?"

Cinta bisa membuat orang segar bersemangat.

Beberapa waktu lalu di kelas. Kepada teman kelas saya yang sudah menikah, guru kami mengajukan pertanyaan, "Bagaimana kamu menggambarkan suami kamu?"

Teman saya mulai dengan "Eeeeeee…."

Akhirnya, "Orangnya baik…."

Ditutup dengan "Ee…" yang panjang.

Sambil tertawa penuh pengertian, guru kami, yang juga sudah menikah, mengatakan, "Biasanya lebih gampang melukiskan sifat suami kalau masih pacaran".

Cinta. Ada masanya segar penuh semangat. Ada masanya kendur dan membosankan.

Lebih Baik Kerja Daripada ...

"The reason why worry kills more people is that more people worry than work" - Robert Frost
"The highest reward that God gives us for good work is the ability to do better" - Elbert Hubbard

(Pantai Carita, 2010)

Silence

"Saying nothing ... sometimes says the most" - Emily Dickinson (American Poet, 1830-1886)

(Pantai Carita, 2010)

Kenangan Yang Tak Mau Pergi (3)

Sabtu, Juli 23, 2011

Namanya まもる おいかわ (baca: Mamoru Oikawa).

Jika Anda mengetahui arti namanya, Anda akan segera menyadari profesinya adalah pilihan yang natural.

まもる (baca: Mamoru) artinya melindungi (seseorang dari bahaya).

Profesi: pemadam kebakaran.

Tapi hidup ini penuh kejutan.

Dan alam, seperti tak mau kalah, sesekali akan menunjukkan, bukan kita, tapi dialah yang berkuasa.

Tsunami dahsyat di bulan Maret itu membawa pergi istri dan anaknya: Emi, 29 tahun, dan Atsuki, 15 bulan.

Sekarang, empat bulan telah berlalu, まもる sadar istri dan putrinya tak mungkin selamat. Tetapi dia masih terus mencari mereka.

Media memberitakan setiap hari, selepas jam kerja, dengan membawa sekop, gergaji mesin dan 3 buah foto istri dan anaknya di tangannya, まもる mencari.

Ia mencari di tepian sungai, selokan, jalan-jalan kecil.

Ia tidak mau berhenti.

"Saya masih akan terus mencari mereka sampai tahun depan. Bahkan tahun berikutnya lagi," katanya.

Banyak kali, di tengah usaha pencariannya, ia menatap foto istri dan anaknya sambil mengatakan, "ごめんなさい" (baca: "Maafkan saya").

Jika Anda mengetahui arti namanya, Anda akan segera mengerti keputusan gila itu.

Dan bisa segera merasakan kepedihan macam apa yang tengah dirasakannya.

Bertahun-tahun ia menyelamatkan nyawa orang lain dari bahaya kebakaran. Tapi ia tidak bisa menyelamatkan belahan jiwanya dan darah dagingnya sendiri.

Mungkin, sampai tahun depan bahkan sampai tahun berikutnya lagi, ia masih akan memandang foto istri dan putrinya sambil mengatakan "ごめんなさい" ("Maafkan saya").

Andai saja kenangan bisa dihapus…

Umi No Hi (2)

Senin, Juli 18, 2011

Para fotografer. Profesional dan dadakan.


Kembang api dimulai. Untuk laut, dengan cinta...


Tidak semua orang bisa menikmati kembang api...


Pukul 20.30 waktu setempat festival berakhir. Saatnya pulang ke rumah masing-masing.

Papan itu bertuliskan "Tempat pengumpulan sampah". Ini kebiasaan yang paling saya kagumi dari orang Jepang: dengan sukarela dan disiplin mereka membawa sampah mereka masing-masing (botol air dan bungkus makanan) dan mengumpulkannya di tempat ini. Hebat ya?

Sampai ketemu lagi tahun depan. Semoga Tuhan memberkati Jepang dengan hasil laut yang berlimpah.

Umi No Hi

Bagaimana menghargai laut? Well, orang Jepang mengkhususkan hari ini sebagai penghormatan kepada laut (Umi no hi: Hari Laut). Di seluruh Jepang, Hari Laut ini hari libur nasional. Di Nagoya, hari ini, penghormatan kepada laut dibuat dalam bentuk festival yang menampilkan kesenian tradisional berupa tarian dan kembang api.

Di mana lagi tempat yang paling tempat yang paling tepat untuk menghormati laut selain di pelabuhan? Semenjak sore penduduk Nagoya mulai memadati pelabuhan.

Di sini, Anda bisa mengklaim tempat hanya dengan meletakkan handuk kecil, botol air bahkan dompet. Tidak akan hilang. Dan tidak akan lagi orang yang mendudukinya.


Orang terus berdatangan...


Akhirnya, festival dimulai...


Bagaimana Raut Wajah Anda Hari Ini?


Saya sedang penasaran.

Ada seorang ibu yang, setiap Senin dan Sabtu, setia menghadiri misa pagi di kapel kami. (Hanya dua hari itu kapel biara kami terbuka untuk umum).

“Ibu ini wanita pendoa” kata saya kepada Romo pemimpin kami, “kelihatan sekali dari raut wajahnya”.

Beliau mengangguk. Setuju.

Ada sesuatu di raut wajahnya yang bisa dilihat dengan mata telanjang. Tetapi terlebih-lebih bisa dirasakan.

Seperti Anda bisa menebak (dan benar) kalau seseorang sedang bersedih dan berbeban berat dari raut wajahnya (bahkan jika di permukaan wajah itu ada make-up yang tebal).

Atau Anda bisa mengatakan teman Anda sedang bahagia hanya dengan melihat raut wajahnya.

“Bu, saya mau motret ibu, boleh gak?”

Dua hari lalu, di sekolah, saya memotret ibu yang bertugas di bagian cleaning service. (Tentang beliau, saya pernah menulis di sini)

Beliau mengiyakan permintaan saya. Tentu saja (seperti lazimnya orang Jepang) dengan malu-malu.

Saya memotret beliau di ‘kantor’nya: kamar sempit tempat alat-alat kebersihan tersimpan.

Ibu ini seorang yang bahagia. Selalu kelihatan bahagia.

Saya bisa mengatakannya hanya dengan melihat wajahnya. (Itulah pula sebabnya saya ingin memotretnya).

Beberapa orang mungkin akan malu dipotret di lokasi kerjanya (dan, ya, Anda bisa melihatnya dengan jelas di wajah mereka).

Tapi, ibu ini, lihat foto di atas. Bahagia.

Saya penasaran: bagaimana cara kerjanya sampai yang terjadi dalam diri kita bisa terpancar keluar melalui wajah kita?

Mungkin ini cara Tuhan bekerja.

Melalui wajah seseorang, Tuhan ingin menyebarkan kebahagiaan.

Melalui wajah seseorang juga, Tuhan ingin menyentuh hati kita untuk menolong orang tersebut.

Bagaimana raut wajah Anda hari ini?

Bagaimana raut wajah orang terdekat Anda hari ini?

Awalnya Sederhana

Sabtu, Juli 16, 2011

Adakalanya, untuk jatuh cinta kepada seseorang, ternyata, tidak dibutuhkan alasan yang terlalu rumit.

Teman saya bercerita tentang pacarnya.

Mereka bertemu tiap hari.

Tapi dia baru jatuh cinta kepada pacarnya persis ketika melihat pacarnya mengipasi temannya yang kepanasan yg duduk di sebelahnya.

Teman saya tersentuh melihat kebaikan dan kepekaan hati pacarnya.

"Dia sendiri juga sedang kepanasan. Tapi dia malah ngipasin temannya".

Cinta bekerja dengan cara yang sederhana sekali.

Tentu saja, bagian yang rumit akan tiba ketika teman saya dan pacarnya akan bertanya soal masa depan cinta itu: putus atau menikah.

Bagian yang rumit itu, misalnya persetujuan keluarga, finansial, mental, rumah.

Dan bagian yang rumit memang akan selalu tiba begitu kita harus memilih.

Begitu kita harus memilih, cinta tidak lagi perkara sederhana.

Relax

Selasa, Juli 12, 2011

“Your mind will answer most questions if you learn to relax and wait for the answer” William S. Burroughs

“There is no need to go to India or anywhere else to find peace. You will find that deep place of silence right in your room, your garden or even your bathtub” — Elisabeth Kubler-Ross

“Take rest; a field that has rested gives a bountiful crop” — Ovid (43 BC – 17 AD)

(Lokasi foto: Gelora Bung Karno, 26.09.2010)

Loneliness

Minggu, Juli 10, 2011


"Let me tell you this: if you meet a loner, no matter what they tell you, it's not because they enjoy solitude. It's because they have tried to blend into the world before, and people continue to disappoint them" — Jodi Picoult (My Sister’s Keeper)

(Nagoya, Sakae, 09.07.2011)

Bon Odori

Sabtu, Juli 09, 2011

Dalam tradisi Gereja Katolik, setiap tanggal 2 November, ada Peringatan Arwah Semua Orang Beriman. Sesuai dengan namanya, pada hari tersebut, kita diajak untuk mendoakan semua orang yang sudah meninggal dunia. Teristimewa sanak keluarga.

Ternyata di setiap musim panas, di Jepang, selalu diselenggarakan perayaan tradisional untuk menghormati arwah para leluhur.

Bon Odori namanya.

Perayaan Bon Odori ini kebanyakan diisi dengan tarian yang diriingi dengan musik tradisional Jepang yang bernuansa riang gembira.

Keluarga-keluarga akan berkumpul untuk mengenang dan menghormati arwah orang-orang yang mereka cintai yang sudah mendahului mereka.

Keluarga-keluarga berkumpul tetapi bukan di dalam rumah mereka masing-masing. Perayaan istimewa ini, yang diselengarakan di setiap kota di Jepang, mengambil tempat di taman umum atau tempat terbuka lainnya yang memungkinkan sebanyak mungkin orang/keluarga berkumpul.

Selain itu, penghormatan kepada leluhur ini harus dilakukan pada malam hari. Karena orang Jepang percaya, pada malam hari, arwah leluhur datang kembali. Dan arwah leluhur yang datang kembali itu harus disambut dengan penuh suka cita.

Semalam, di halaman rumah kami, ada Bon Odori yang ditutup dengan hanabi (kembang api).

Dalam Gereja Katolik, pun kebudayaan Jepang, orang yang sudah meninggal dunia tidak lantas berarti dilupakan begitu saja.

Mereka pernah menjadi bagian dari kita. Dan akan selalu menjadi bagian dari kita. Baik bagian hidup kita. Maupun bagian iman kita.